Minggu, 21 Juni 2015

Lembaga Karir : Melejitkan Kompetensi Meraih Prestasi


By : Mochmad Zainuddin 
 
Akhir tahun 2015 ini, pemerintah akan mengimplementasikan kesepakatan bersama antar Negara ASEAN, yang biasa kita kenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dengan diberlakukanya MEA, maka Indonesia akan mendapatkan keberkahan sekaligus musibah. Mendapat keberkahan manakala, Rakyat Indonesia sudah membekali kompetensi dirinya untuk bersaing dari bidang ekonomi, tehnologi dan budaya ke mancanegara, Bendera keharuman Bangsa akan berkibar kemana mana. Namun, MEA juga bisa menjadi musibah, manakala masyarakat Indonesia, tidak siap menghadapi serbuan sumberdaya manusia dari manca Negara, dengan berbekal tingkat edukasi yang mumpuni, kompetensi yang dimiliki, kedisiplinan yang tinggi serta kerja keras, dalam waktu yang tidak terlalu lama, mereka akan dengan cepat menguasai lumbung-lumbung ekonomi, teknologi dan budaya di negeri tercinta Indonesia. Pada akhirnya yang terjadi adalah masyarakat menjadi buruh dan termarjinalisasi di negeri sendiri.
Persaingan sumberdaya manusia muara akhirnya tertumpu pada kompetensi yang dimiliki. Dengan kompetensi yang baik, bisa dipastikan masyarakat Indonesia tidak akan tertinggal dan menjadi buruh di negeri sendiri. Sedangkan kompetensi hakekatnya dilahirkan dan dicetak dari pola pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan oleh sekolah, universitas ataupun lembaga-lembaga pelatihan. Problemnya adalah, ternyata selama ini dunia pendidikan belum mampu mencetak mahasiswa yang unggul dan berkompeten. Banyak keluhan dari dunia industri mengenai kompetensi yang dimiliki para lulusan perguruan tinggi masih jauh dari harapan. Baik dari kompetensi hard skill ataupun kompetensi soft skill seperti mentality, komunikasi dan daya juang yang rendah.
Apalagi dengan kemajuan teknologi gadget selama ini, menambah kemampuan softskill semakin tereduksi. Mahasiswa cenderung mengandalkan komunikasi non verbal untuk mendapatkan informasi dan menjalin relasi. Padahal dalam dunia kerja dan bisnis kebutuhan akan komunikasi secara verbal tidak akan terdistorsi. Mengatasi gap antara kebutuhan industri dengan hasil lulusan yang belum matang, dunia pendidikan harus berbenah. Pembenahan bukan hanya dari aspek kurikulum namun juga strategi pendidikan yang lebih inovatif dan kreatif. Untuk menciptakan output sumberdaya manusia yang unggul dan siap berkompetisi. Berkaca pada dunia industri yang mampu mencetak pemimimpin unggul dari peserta management training hingga menjadi seorang direksi, maka dunia pendidikan harus menyesuaikan dengan strategi yang dilakukan oleh industri. Setiap Industri memiliki lembaga khusus yang bernama training center ataupun karir center. Tugasnya mulai melakukan asessment awal hingga nanti memberikan solusi akan kebutuhan training yang dibutuhkan hingga program development. Hasilnya bisa dirasakan, lahir pemimpin–pemimpin perusahaan yang mampu me-leading  company hingga menjadi perusahaan yang dapat bersaing hingga di kancah internasional.
Dunia Pendidikan, sudah harus memikirkan dan merealisasikan lembaga karir center sebagai kebutuhan akan tuntutan inovasi jaman globalisasi. Karir center di kampus-kampus maupun di sekolah berfungsi untuk memberikan bimbingan karir kepada mahasiswa ataupun peserta didik agar lebih terfokus pada karir yang diimpikannya. Jika mahasiswa ingin mendalami enterprenuership misalnya, maka dia harus diarahkan dan dibekali untuk fokus mengambil mata kuliah ataupun praktek-praktek yang mendukung untuk pengembangan karir sebagai entrepreneur. Sebalikya, jika mahasiswa ingin menempuh karir di dunia industri atau manufacturing, maka lembaga ini harus mengarahkan kompetensinya ke dunia industri. Singkatnya, apapun karir yang ingin dicapai oleh mahasiswa harus difokuskan dan difasilitasi oleh lembaga karir center. Lembaga karir yang dimaksud tidak hanya memberikan conseling belaka, namun juga harus bisa memberikan assessment tahapan kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa hingga lulus. Ditambah dengan pembuatan program pengembangan diri dan kompetensi sesuai karirnya. Pelaksananya memang cukup kompleks, jika memamng tidak mampu, kampus tidak harus melaksanakan program karir center tersebut secara mandiri, namun bisa bekerja sama dengan lembaga asessment yang bisa memandu mahasiswa mencapai karirnya. Penggunaan karir center secara teknis adalah melakukan pembimbingan karir sejak awal masuk mahasiswa, membuat program pengembangan karir secara kelompok ataupun individu, dan mewajibkan peserta untuk proaktif mengikuti agenda pelatihan dan pengembangan yang telah ditetapkan. Kegiatan tersebut juga harus melibatkan Dosen Pembina sebagai sinergitas program. Dosen Pembina memiliki peran sebagai mentor yang mengarahkan peserta didiknya atas dasar rekomendasi dari lembaga karir center.
Peran dosen sebagai mentor sangat penting. Karena berapa banyak para pemimpin dilahrikan oleh mentor–mentor yang hebat. Seperti yang dilakukan oleh Yohanes Surya, sebagai mentor dia mampu melahirkan talenta-talenta dibidang eksakta hingga menjuarai kompetisi mancanegara. Tugas mentor sudah pasti harus melakukan pendidikan kepada mahasiswa untuk dapat mengembangkan potensiya. Tanpa itu, lulusan perguruan tinggi tidak akan berkembang dengan baik, dan akan kalah bersaing secara global. Oleh karenaya, lembaga karir center harus dikelola secara professional seperti layaknya pengelolaan training center di dunia Industri. Tanpa disadari, sebenarnya perusahaan telah melakukan fungsi pendidikan secara efektif, yang seharusnya fungsi tersebut dilakukan oleh universitas ataupun sekolah. Kenapa demikian, melalui lembaga training centernya perusahaan melakukan mapping potensi karyawan, assessment, program pelatihan dan pengembangan diri sehingga memiliki dampak besar terhadap pengembangan potensi dan kompetensi karyawanya. Kampus semestinya mengambil alih peran tersebut. Terobosan Inovasi dalam menciptakan lembaga karir center di kampus menjadi prasyarat mutlak kemajuan sumbedaya manusia Indonesia. Lembaga karir center sangat berbeda dengan Bimbingan Karir (Lembaga BK) yang ada di sekolah-sekolah selama ini. Keberadaanyaa justru ditakuti siswa untuk mendekat, karena memang stigma yang dibangun hanya menjadi “lembaga pemberi sanksi” bagi mereka yang memiliki masalah prestasi. Untuk itulah diperlukan perombakan total fungsi lembaga BK menjadi lembaga karir center yang memiliki peran strategis dalam pengembangan kompetensi dan potensi peserta didik.
Melakukan inovasi tidak sekedar melakukan perubahan kurikulum, dan metodologi pendidikan. Justru yang paling penting dan fundamental adalah merumuskan perencanaan dalam berkarir. Memiliki visi dan goal yang jelas dalam karir. Jadi enterpreuneur, bekerja di Industri, scientist, birokrat, ataupun pendidik. Semua bermula dari Visi karir. Untuk itulah diperlukan lembaga karir center yang mampu mengarahkan mahasiswa fokus dalam karirnya. Mahasiswa banyak yang kehilangan visi, hidup mengalir apa adanya, tergantung dari lingkungan dan bergaul dengan siapa. Jadilah kompetensi yang juga ada apa adanya. Tidak mampu bersaing dengan sesama bangsa. Semoga dengan keberadaan lembaga karir center di tiap–tiap lembaga pendidikan, menjadikan langkah fundamental untuk mampu melejitkan kompentensi meraih prestasi.