Selasa, 21 Juni 2016

Personal Aproach dalam dunia HR



Bebeberapa waktu yang lalu, saya mengadakan kegiatan buka bersama dengan rekan rekan supervisor dan staf management. Berlokasi di salah satu rumah makan di Prigen, Pasuruan. Suasana buka bersama sungguh menyenangkan dan rekan rekan sangat antusias mengikutinya. Suasana seperti ini berdampak baik bagi hubungan personal, menjalin kedekatan pribadi dan saling bercengkrama satu sama lainya. Acara tersebut terbilang cukup langka dilakukan para supervisor. Sudah hampir kurang lebih 10 tahun yang lalu acara buka bersama dan kumpul kumpul dengan management ditiadakan, “kata beberapa supervisor” menyampaikan ke saya. Mereka semua berharap kegiatan – kegiatan informal tersebut bisa diadakan lagi untuk menjaga suasana kekompakan tim dan juga sebagai sarana refresing akibat rutinitas kerja yang dilakukan.
Sengaja acara saya minta untuk dimulai lebih awal, sekitar jam 15.30 sudah berkumpul di tempat makan tersebut. Mengingat moment moment seperti ini sangatlah langkah dilakukan. Harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk sharing session dengan para supervisor dan para staf management perusahaan. Menempati sebuah gazebo dengan format lesehanya semakin menambah keutuhan silaturahmi dan tidak ada sekat (pembatas) lagi antara management dengan karyawan. Acara dimulai, dengan menggali sebanyak mungkin engangment yang dimiliki oleh karyawan terhadap perusahaan. Kenapa engagment?. Iya, engaggment memberikan dampak penting terhadap produktivitas kerja. Banyak penelitian mengenai engagement yang intinya menyatakan bahwa semakin karyawan ter-engage dengan baik, makan produktivitas kerja perusahaan akan meningkat pula. Salah satu yang menarik perhatian saya dalam sesi sharing tersebut adalah ungkapan karyawan yang sempat saya sebutkan diatas.
“Kenapa sepuluh tahun yang lalu perusahaan begitu peduli dengan karyawan, namun sudah hampir 5 tahun terakhir ini seolah olah perusahaan tidak peduli lagi dengan karyawan. Padahal pemimpinnya juga sama, kondisi laba rugi perusahaan kurang lebih juga sama”.
Kalo dicermati pernyataan diatas, seolah olah tidak mungkin terjadi situasi seperti saat ini. karyawan merasa gersang akan kegiatan dan pertemuan yang bisa membuat karyawan refresh, senang hati. Padahal pemimpin puncaknya juga sama. Ujung-ujungnya HR atau personalia yang jadi sindiran oleh karyawan. Akhirnya saya pun menjembatani mereka dengan menyampaikan kepada karyawan bahwa situasi seperti ini bisa terjadi karena adanya perubahan paradigma dalam mengelola SDM. Kalo dulu mindsetnya adalah dengan pertemuan seperti itu akan memberikan dampak secara langsung dalam menyelesaikan masalah. Lama-kelamaan, pola pertemuan rutin yang biasa dilakukan dianggap sebagai pemborosan dan membuang buang energi. Faktanya pimpinan melihat sudah sering kegiatan-kegiatan informal rutin dilakukan dengan baik, namun hasilnya tetap saja. Karyawan tidak mampu menyelesaikan masalah atau trouble di lapangan. Nah, ternyata statement inilah yang menjadi sumber sitauasi kerja menjadi gersang beberapa tahun terakhir. Padahal, kalo dicermati lebih dalam pada akar masalahnya adalah bukan hanya persoalan perubahan mindset yang dimiliki oleh pimpinan tertinggi di company, namun juga bagaimana personal approach dalam menyampaikan content kegiatan tersebut menjadi sangat berpengaruh. Saya teringat ingat isitilah figh dalam islam, yang menyatakan sesuatu yang wajib ada dalam mensupport ibadah itu terlaksana, maka supporting tersebut hukumnya menjadi wajib. Misalnya ketika anda sholat harus menutup aurat dengan sarung atau celana panjang, maka hukum sarung / celana panjang yang semula menjadi mubah (boleh saja dipakai) berubah menjadi hukum yang diwajibkan. Begitu juga dengan mindset, perubahan mindset harus didukung oleh paradigma dan personal approach. Nah, posisi pendekatan personal approach inilah menjadi wajib ada agar dapat dieksekusi dengan baik.
Dalam catatan saya, pendekatan personal approach kepada pimpinan ini yang perlu ditingkatkan pada tataran praktis. Sehingga perubahan paradigma terhadap pengelolaan karyawan juga semakin baik. Kasus diatas, misalnya. HRD harus melakukan pendekatan personal approach kepada GM secara terus menerus dengan suasana enjoyable. Barulah ketika timbul kepercayaan yang baik, program program pengembangan karyawan akan diterima dengan baik oleh pimpinan. Lantas bagaiman cara prkatis personal approach yang perlu dilakukan? Berikut paparanya :
1.       Seringlah berkunjung dan berdiskusi diruang pimpinan (cara formal)
Pepatah, tak kenal maka tak sayang sering kita dengar. Nah ini rupanya juga cukup manjur dilakukan oleh anda yang ingin dilihat performancenya. Semakin sering anda menemui atasan anda, maka semakin tahu atasan anda terhadap diri dan kinerja anda. Nah, disitulah akan muncul “trust”. Modal yang sangat penting dalam hubungan kerja. Guru saya pernah menyampaikan kepada saya. Tindakan positif seseorang dapat diberikan kepada siapapun, bahkan diluar nalar umum hanya karena faktor “trust”. Ya, faktor “trust”. Dasyat bukan?!. Berapa sering kita mendengar para owner perusahaan memberikan kepercayaan mengelola asset perusahaan atau bisnisnya kepada orang yang baru dikenalnya 1 – 2 tahun, gara-gara orang tersebut dapat dipercaya. Berapa sering pula kita mendengar, orang lain menitipkan barang-barang berharganya kepada kita, tanpa ada keraguan sedikit pun akan kehilangan, hanya gara-gara faktor kepercayaan??!. Nah, membangun kepercayaan itu penting. Karena sepintar apapun anda, sejago apapun kompetensi yang dimiliki oleh anda. Kepercayaan menjadi penentu seseorang untuk diberikan tugas pada level dan ruang lingkup yang lebih luas.
2.       Sesekali agendakan ngobrol saat makan siang dengan pimpinan (Cara informal)
Membangun keakraban dengan melakukan obrolan santai saat istirahat, atau saat para pimpinan anda sedang santai. Akan memberikan nilai tersendiri kepada kita dalam membangun branding diri anda kepada pimpinan. Nah, secara psikologis akan terbangun kepercayaan sedikit atau banyak kepada anda. Bahkan cara-cara informal ini kadang jauh lebih efektif dilakukan daripada cara-cara formal diatas. Mengapa demikian, karena pada saat orang sedang santai biasanya hatinya terbuka dan gembira. Dengan suasan rileks dan keterbukaan jiwa serta rasa gembira, orang akan mudah sekali menerima anda dan juga pendapat-pendapat yang anda berikan kepadanya.
3.       Jangan lupa memberikan laporan perkembangan
Seringkali ketika kita sudah mendapatkan persetujuan terhadap suatu program, kita sering lupa memberikan laporan proses keberhasilanya. Sehingga terkesan acara yang kita lakukan sekedar menghambur-hamburkan uang perusahaan belaka. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka laporan proses sampai hasil kegiatan harus senantiasa kita sampaikan kepada pimpinan kita.

Dengan modal ketiga cara ditas, semoga semakin memantapkan anda untuk belajar personal approach dengan baik. Dan kesukseskan akan senantiasa menyertai anda dalam karir dan masa depan.


Salam Developt and Growth…!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar