Bebeberapa
waktu yang lalu, saya mengadakan kegiatan buka bersama dengan rekan rekan
supervisor dan staf management. Berlokasi di salah satu rumah makan di Prigen,
Pasuruan. Suasana buka bersama sungguh menyenangkan dan rekan rekan sangat
antusias mengikutinya. Suasana seperti ini berdampak baik bagi hubungan
personal, menjalin kedekatan pribadi dan saling bercengkrama satu sama lainya. Acara
tersebut terbilang cukup langka dilakukan para supervisor. Sudah hampir kurang
lebih 10 tahun yang lalu acara buka bersama dan kumpul kumpul dengan management
ditiadakan, “kata beberapa supervisor” menyampaikan ke saya. Mereka semua
berharap kegiatan – kegiatan informal tersebut bisa diadakan lagi untuk menjaga
suasana kekompakan tim dan juga sebagai sarana refresing akibat rutinitas kerja
yang dilakukan.
Sengaja acara
saya minta untuk dimulai lebih awal, sekitar jam 15.30 sudah berkumpul di
tempat makan tersebut. Mengingat moment moment seperti ini sangatlah langkah
dilakukan. Harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk sharing session
dengan para supervisor dan para staf management perusahaan. Menempati sebuah
gazebo dengan format lesehanya semakin menambah keutuhan silaturahmi dan tidak
ada sekat (pembatas) lagi antara management dengan karyawan. Acara dimulai,
dengan menggali sebanyak mungkin engangment yang dimiliki oleh karyawan
terhadap perusahaan. Kenapa engagment?. Iya, engaggment memberikan dampak
penting terhadap produktivitas kerja. Banyak penelitian mengenai engagement yang
intinya menyatakan bahwa semakin karyawan ter-engage dengan baik, makan
produktivitas kerja perusahaan akan meningkat pula. Salah satu yang menarik
perhatian saya dalam sesi sharing tersebut adalah ungkapan karyawan yang sempat
saya sebutkan diatas.
“Kenapa sepuluh
tahun yang lalu perusahaan begitu peduli dengan karyawan, namun sudah hampir 5
tahun terakhir ini seolah olah perusahaan tidak peduli lagi dengan karyawan.
Padahal pemimpinnya juga sama, kondisi laba rugi perusahaan kurang lebih juga
sama”.
Kalo dicermati
pernyataan diatas, seolah olah tidak mungkin terjadi situasi seperti saat ini.
karyawan merasa gersang akan kegiatan dan pertemuan yang bisa membuat karyawan
refresh, senang hati. Padahal pemimpin puncaknya juga sama. Ujung-ujungnya HR
atau personalia yang jadi sindiran oleh karyawan. Akhirnya saya pun menjembatani
mereka dengan menyampaikan kepada karyawan bahwa situasi seperti ini bisa
terjadi karena adanya perubahan paradigma dalam mengelola SDM. Kalo dulu
mindsetnya adalah dengan pertemuan seperti itu akan memberikan dampak secara
langsung dalam menyelesaikan masalah. Lama-kelamaan, pola pertemuan rutin yang
biasa dilakukan dianggap sebagai pemborosan dan membuang buang energi. Faktanya
pimpinan melihat sudah sering kegiatan-kegiatan informal rutin dilakukan dengan
baik, namun hasilnya tetap saja. Karyawan tidak mampu menyelesaikan masalah
atau trouble di lapangan. Nah, ternyata statement inilah yang menjadi sumber
sitauasi kerja menjadi gersang beberapa tahun terakhir. Padahal, kalo dicermati
lebih dalam pada akar masalahnya adalah bukan hanya persoalan perubahan mindset
yang dimiliki oleh pimpinan tertinggi di company, namun juga bagaimana personal approach dalam menyampaikan
content kegiatan tersebut menjadi sangat berpengaruh. Saya teringat ingat
isitilah figh dalam islam, yang menyatakan sesuatu yang wajib ada dalam
mensupport ibadah itu terlaksana, maka supporting tersebut hukumnya menjadi
wajib. Misalnya ketika anda sholat harus menutup aurat dengan sarung atau
celana panjang, maka hukum sarung / celana panjang yang semula menjadi mubah
(boleh saja dipakai) berubah menjadi hukum yang diwajibkan. Begitu juga dengan mindset,
perubahan mindset harus didukung oleh paradigma dan personal approach. Nah, posisi pendekatan personal approach inilah menjadi
wajib ada agar dapat dieksekusi dengan baik.
Dalam catatan
saya, pendekatan personal approach kepada pimpinan ini yang perlu ditingkatkan
pada tataran praktis. Sehingga perubahan paradigma terhadap pengelolaan
karyawan juga semakin baik. Kasus diatas, misalnya. HRD harus melakukan
pendekatan personal approach kepada GM secara terus menerus dengan suasana enjoyable.
Barulah ketika timbul kepercayaan yang baik, program program pengembangan
karyawan akan diterima dengan baik oleh pimpinan. Lantas bagaiman cara prkatis
personal approach yang perlu dilakukan? Berikut paparanya :
1.
Seringlah berkunjung dan berdiskusi diruang
pimpinan (cara formal)
Pepatah, tak kenal maka tak sayang sering kita dengar.
Nah ini rupanya juga cukup manjur dilakukan oleh anda yang ingin dilihat performancenya.
Semakin sering anda menemui atasan anda, maka semakin tahu atasan anda terhadap
diri dan kinerja anda. Nah, disitulah akan muncul “trust”. Modal yang sangat
penting dalam hubungan kerja. Guru saya pernah menyampaikan kepada saya. Tindakan
positif seseorang dapat diberikan kepada siapapun, bahkan diluar nalar umum hanya
karena faktor “trust”. Ya, faktor “trust”. Dasyat bukan?!. Berapa sering kita
mendengar para owner perusahaan memberikan kepercayaan mengelola asset perusahaan
atau bisnisnya kepada orang yang baru dikenalnya 1 – 2 tahun, gara-gara orang
tersebut dapat dipercaya. Berapa sering pula kita mendengar, orang lain
menitipkan barang-barang berharganya kepada kita, tanpa ada keraguan sedikit
pun akan kehilangan, hanya gara-gara faktor kepercayaan??!. Nah, membangun
kepercayaan itu penting. Karena sepintar apapun anda, sejago apapun kompetensi
yang dimiliki oleh anda. Kepercayaan menjadi penentu seseorang untuk diberikan
tugas pada level dan ruang lingkup yang lebih luas.
2.
Sesekali agendakan ngobrol saat makan siang
dengan pimpinan (Cara informal)
Membangun keakraban dengan melakukan obrolan santai
saat istirahat, atau saat para pimpinan anda sedang santai. Akan memberikan
nilai tersendiri kepada kita dalam membangun branding diri anda kepada
pimpinan. Nah, secara psikologis akan terbangun kepercayaan sedikit atau banyak
kepada anda. Bahkan cara-cara informal ini kadang jauh lebih efektif dilakukan
daripada cara-cara formal diatas. Mengapa demikian, karena pada saat orang
sedang santai biasanya hatinya terbuka dan gembira. Dengan suasan rileks dan
keterbukaan jiwa serta rasa gembira, orang akan mudah sekali menerima anda dan
juga pendapat-pendapat yang anda berikan kepadanya.
3.
Jangan lupa memberikan laporan perkembangan
Seringkali ketika kita sudah mendapatkan persetujuan
terhadap suatu program, kita sering lupa memberikan laporan proses
keberhasilanya. Sehingga terkesan acara yang kita lakukan sekedar
menghambur-hamburkan uang perusahaan belaka. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
maka laporan proses sampai hasil kegiatan harus senantiasa kita sampaikan
kepada pimpinan kita.
Dengan modal ketiga cara ditas, semoga semakin
memantapkan anda untuk belajar personal approach dengan baik. Dan kesukseskan
akan senantiasa menyertai anda dalam karir dan masa depan.
Salam Developt and Growth…!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar