Minggu, 26 Mei 2013

Opportunity – Next Target, Level, Landscape

Kalau di fase pilot test masih merupakan inisiatif perusahaan dan pimpinan dan dalam skala yang sangat terbatas karena memang tujuan hanya pilot project, di fase Opportunity to try new things ini talent diberi kesempatan untuk memikirkan hal baru, memilih project baru, melahirkan konsep baru sesuai dengan pilihannya di area yang dia pilih. Ini untuk menguji seberapa jauh kemampuan talent untuk mewujudkan mimpinya dengan implementasi ide terobosannya.
Skala tantangan ini jauh lebih luas dari pilot project, harus mencakup cross functional goals, cross functional team maupun cross company dalam value chain yang sama. Idealnya talent diberi kesempatan untuk membuktikan kemampuannya di satu perusahaan dengan skala yang kecil. Namun ini tentunya sangat bergantung pada skala perusahaan yang ada, di sinilah kenikmatan konglomerasi karena bisa membuat rotasi si talent ke perusahaan lain untuk menguji kemampuannya.
Astra di bawah kepemimpinan Pak Prijono Sugiarto sangat percaya pada pemberian kesempatan bagi talent muda yang sedang disiapkan untuk menduduki jabatan CEO di banyak unit usaha. Rotasi calon CEO muda menjadi wakil presiden direktur, presiden direktur di perusahaan lain yang lebih kecil dilakukan secara sistimatis dan dalam skala masif sehingga putaran eksekutifnya menjadi lebih luas.
Apa target yang harus dicapai oleh talent dalam fase ini ?
Pertama, yang saya sebut sebagai Next Target. Artinya talent diminta untuk memikirkan langkah baru perusahaan dalam mencapai target baru yang lebih menantang. Misalnya target market share, operational excellence dalam bentuk cost reduction, plant improvement dan lain sebagainya. Konteksnya masih dengan cara yang saat ini, bisnis saat ini, produk saat ini, proses saat ini, team saat ini, diupayakan dengan maksimal untuk memberi hasil yang berbeda karena sentuhan si talent pada people, proses dan teknologi. Sekali lagi, tidak menambah produk, cabang, atau langkah ekspansi apapun tapi menggunakan fasilitas yang ada dan dilakukan improvement maupun innovation.
Kedua, langkah Next Level. Ini adalah tantangan yang mencoba mengangkat kinerja perusahaan ke level yang baru. Misalnya dari jualan produk menjadi jualan solusi. Menjual tire diubah jadi menjual jasa Tire management. Penyewaan mobil menjadi Transportation Management System. Menyewakan alat berat menjadi kontraktor pertambangan. Di sini talent sudah mengubah bisnis proses yang akan membawa dampak cara kerja yang berbeda. Apa yang dilakukan UT dengan mengubah PAMA anak perusahaannya dari sekedar rental alat menjadi Mining Contracting ternyata berbuah benar. Sudiarso Prasetyo sebagai kapten saat itu membuktikan dirinya pantas menjadi CEO yang mumpuni karena mampu menyiasati perubahan ke Next Level ini dengan cantik sekali. Bahkan saat ini PAMA menjadi kontributor terbesar di UT Group. Kalau sekarang tongkat estafet kepemimpinan sudah diserahkan ke Frans Kesuma, PAMA yang sudah menjadi the biggest mining contracting di Indonesia, akan tetap survive menghadapi gejolak harga batu bara yang membuat sempoyongan pemegang konsesi. Sudiarso yang diberi kesempatan TP Rachmat dan Benny Subianto itu sudah melahirkan Frans Kesuma.
Ketiga, kesempatan menuju ke Next Landscape. Artinya talent diminta untuk mengembangkan portfolio baru yang menjadi lanskap baru perusahaan. Misalnya mengakuisisi pelabuhan baru yang selama ini belum pernah ditekuni. Membuat perusahaan pengangkutan batu bara dengan menggunakan tug and barge sebagai complementary service perusahaan pertambangan misalnya. Perusahaan rental mobil mencoba masuk ke taxi. Perusahaan tol masuk ke property dan industrial estate.
Kalau perusahaan bisa menyediakan kesempatan ini, talent akan lebih matang dan siap mengemban tugas di masa mendatang. Pertanyaannya adalah apa leader yang sekarang berani melakukan langkah ini?

by : Paulus BambangWS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar