Kalau di fase pilot test masih merupakan inisiatif perusahaan dan
pimpinan dan dalam skala yang sangat terbatas karena memang tujuan hanya
pilot project, di fase Opportunity to try new things ini
talent diberi kesempatan untuk memikirkan hal baru, memilih project
baru, melahirkan konsep baru sesuai dengan pilihannya di area yang dia
pilih. Ini untuk menguji seberapa jauh kemampuan talent untuk mewujudkan
mimpinya dengan implementasi ide terobosannya.
Skala tantangan ini jauh lebih luas dari pilot project, harus
mencakup cross functional goals, cross functional team maupun cross
company dalam value chain yang sama. Idealnya talent diberi kesempatan
untuk membuktikan kemampuannya di satu perusahaan dengan skala yang
kecil. Namun ini tentunya sangat bergantung pada skala perusahaan yang
ada, di sinilah kenikmatan konglomerasi karena bisa membuat rotasi si
talent ke perusahaan lain untuk menguji kemampuannya.
Astra di bawah kepemimpinan Pak Prijono Sugiarto sangat percaya pada
pemberian kesempatan bagi talent muda yang sedang disiapkan untuk
menduduki jabatan CEO di banyak unit usaha. Rotasi calon CEO muda
menjadi wakil presiden direktur, presiden direktur di perusahaan lain
yang lebih kecil dilakukan secara sistimatis dan dalam skala masif
sehingga putaran eksekutifnya menjadi lebih luas.
Apa target yang harus dicapai oleh talent dalam fase ini ?
Pertama, yang saya sebut sebagai Next Target.
Artinya talent diminta untuk memikirkan langkah baru perusahaan dalam
mencapai target baru yang lebih menantang. Misalnya target market share,
operational excellence dalam bentuk cost reduction, plant improvement
dan lain sebagainya. Konteksnya masih dengan cara yang saat ini, bisnis
saat ini, produk saat ini, proses saat ini, team saat ini, diupayakan
dengan maksimal untuk memberi hasil yang berbeda karena sentuhan si
talent pada people, proses dan teknologi. Sekali lagi, tidak menambah
produk, cabang, atau langkah ekspansi apapun tapi menggunakan fasilitas
yang ada dan dilakukan improvement maupun innovation.
Kedua, langkah Next Level. Ini adalah tantangan yang
mencoba mengangkat kinerja perusahaan ke level yang baru. Misalnya dari
jualan produk menjadi jualan solusi. Menjual tire diubah jadi menjual
jasa Tire management. Penyewaan mobil menjadi Transportation Management
System. Menyewakan alat berat menjadi kontraktor pertambangan. Di sini
talent sudah mengubah bisnis proses yang akan membawa dampak cara kerja
yang berbeda. Apa yang dilakukan UT dengan mengubah PAMA anak
perusahaannya dari sekedar rental alat menjadi Mining Contracting
ternyata berbuah benar. Sudiarso Prasetyo sebagai kapten saat itu
membuktikan dirinya pantas menjadi CEO yang mumpuni karena mampu
menyiasati perubahan ke Next Level ini dengan cantik sekali. Bahkan saat
ini PAMA menjadi kontributor terbesar di UT Group. Kalau sekarang
tongkat estafet kepemimpinan sudah diserahkan ke Frans Kesuma, PAMA yang
sudah menjadi the biggest mining contracting di Indonesia,
akan tetap survive menghadapi gejolak harga batu bara yang membuat
sempoyongan pemegang konsesi. Sudiarso yang diberi kesempatan TP Rachmat
dan Benny Subianto itu sudah melahirkan Frans Kesuma.
Ketiga, kesempatan menuju ke Next Landscape. Artinya
talent diminta untuk mengembangkan portfolio baru yang menjadi lanskap
baru perusahaan. Misalnya mengakuisisi pelabuhan baru yang selama ini
belum pernah ditekuni. Membuat perusahaan pengangkutan batu bara dengan
menggunakan tug and barge sebagai complementary service
perusahaan pertambangan misalnya. Perusahaan rental mobil mencoba masuk
ke taxi. Perusahaan tol masuk ke property dan industrial estate.
Kalau perusahaan bisa menyediakan kesempatan ini, talent akan lebih
matang dan siap mengemban tugas di masa mendatang. Pertanyaannya adalah
apa leader yang sekarang berani melakukan langkah ini?
by : Paulus BambangWS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar