Banyak perusahaan yang telah menghabiskan uang untuk mengadakan
berbagai training bagi karyawannya. Sayangnya banyak training yang
kadang menjadi sia-sia karena penerapan yang belum optimal. Berikut
beberapa saran dari Duane Sparks yang bisa dijalankan perusahaan sebelum
memutuskan menggunakan training yang tepat:
1. Ajarkan Keterampilan Bukan Kepribadian
Daripada mencoba mengubah sikap kepribadian (trait) dari setiap karyawan, lebih baik training tersebut fokus dengan mengajarkan keterampilan (skill) yang dapat digunakan oleh karyawan dalam bekerja.
Misalnya seorang teknisi lapangan yang cenderung mempunyai sifat
introvert akan kesulitan bila berhubungan dengan pelanggan, sebagai
trainer sebaiknya Anda bukan mendorong mereka untuk menjadi ekstrovert.
Sebaliknya ajarkan kepadanya cara mendengarkan pelanggan dengan baik (sebuah skill) dan bagaimana menggunakan terminologi yang dimengerti pelanggan (sebuah skill).
2. Ajarkan Keterampilan yang Tepat (Dibutuhkan)
Pastikan trainer mengajarkan keterampilan yang akan menghasilkan
produksi yang nyata, dalam arti berhubungan dengan pekerjaan, jangan
buang-buang waktu dengan melatih orang-orang yang tidak tepat.
Misalnya jika sebuah tim penjualan terdiri dari Hunters (pencari sebuah bisnis) dengan Farmers
(orang yang mengembangkan bisnis), akan menjadi kurang efektif apabila
Trainer mengajarkan kepada semua anggota tim hal-hal yang berhubungan
dengan keterampilan menangani klien atau cara-cara tele marketing,
seperti bagaimana menelepon setiap pelanggan atau menangani pelanggan
yang tidak ramah. Batasi dan pisahkan training untuk para prospek bisnis
dan sediakan training dengan keterampilan yang dibutuhkan, seperti
management customer kepada para farmers.
3. Bantu dan Perkuat Skill Karyawan
Setelah memberikan sebuah training kepada setiap karyawan, perkuat
hal itu dengan memastikan apakah mereka menerimanya dengan baik dan bisa
menggunakan keterampilan itu dalam kesempatan kerja mereka. Luangkan
waktu untuk melakukan coaching yang dibutuhkan karyawan.
Mempelajari sebuah keterampilan baru memang membutuhkan waktu untuk
membuatnya menjadi sebuah kebiasaan. Sayangnya, kebiasaan yang lama akan
kembali muncul bila tidak sering digunakan dan dipraktekkan, untuk itu
coaching dapat membantu karyawan menemukan potensinya dan memperkuat
keterampilan yang dibutuhkan mereka.
4. Ukur Keberhasilan dengan Metrik Berbasis Skill
Pebisnis kadang menggaungkan kata-kata ini “whats gets measured gets done,”
jika Anda ingin karyawan dapat mengintegrasikan skill mereka ke setiap
kinerja mereka, Anda harus dapat megukur hasil dari setiap training yang
dilakukan. Misalnya, jika Anda memberikan pelatihan pada beberapa
karyawan di bagian penjualan, Anda seharusnya mengukur tingkat konversi
pada bagian penjualan, seperti total pendapatan, peningkatan revenue
setiap bulan hingga akhir tahun.
5. Ukur Peningkatan Secara Konsisten
Jika Anda telah melakukan poin-poin di atas, Anda bisa memantau
setiap peningkatan dari training tersebut. Jika Anda tidak mendapatkan
perbaikan yang diharapkan, berarti ada sesuatu yang salah di
training-training Anda selama ini, entah pembinaan keterampilan yang
salah atau perusahaan tidak memberikan support yang cukup atau coaching
yang diperlukan karyawan.
Sementara itu, menurut karyawan sebuah bank di Jakarta training untuk
karyawan sangat diperlukan mengingat mater-materi itu akan menjadi
bekal mereka untuk bekerja. “Sangat bermanfaat, selain kita mendapat
pengalaman dan pengetahuan, kita juga mendapat sertifikat resmi,” ujar
Astrid.
Walaupun tidak semua materi bisa diterapkan, tapi hal itu akan
memudahkan karyawan sebelum mereka terjun ke lapangan langsung. Hal ini
dibenarkan Diska, seorang trainer di perusahaan periklanan. “Materi yang
kami sampaikan memang sudah dipersiapkan sebelumnya tapi tidak keluar
dari konteks pekerjaan mereka,” ujar Diska.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar