Senin, 27 Mei 2013

TRAINING YANG EFEKTIF

Banyak perusahaan yang telah menghabiskan uang untuk mengadakan berbagai training bagi karyawannya. Sayangnya banyak training yang kadang menjadi sia-sia karena penerapan yang belum optimal. Berikut beberapa saran dari Duane Sparks yang bisa dijalankan perusahaan sebelum memutuskan menggunakan training yang tepat:

1. Ajarkan Keterampilan Bukan Kepribadian
Daripada mencoba mengubah sikap kepribadian (trait) dari setiap karyawan, lebih baik training tersebut fokus dengan mengajarkan keterampilan (skill) yang dapat digunakan oleh karyawan dalam bekerja.
Misalnya seorang teknisi lapangan yang cenderung mempunyai sifat introvert akan kesulitan bila berhubungan dengan pelanggan, sebagai trainer sebaiknya Anda bukan mendorong mereka untuk menjadi ekstrovert. Sebaliknya ajarkan kepadanya cara mendengarkan pelanggan dengan baik (sebuah skill) dan bagaimana menggunakan terminologi yang dimengerti pelanggan (sebuah skill).

2. Ajarkan Keterampilan yang Tepat (Dibutuhkan)
Pastikan trainer mengajarkan keterampilan yang akan menghasilkan produksi yang nyata, dalam arti berhubungan dengan pekerjaan, jangan buang-buang waktu dengan melatih orang-orang yang tidak tepat.
Misalnya jika sebuah tim penjualan terdiri dari Hunters (pencari sebuah bisnis) dengan Farmers (orang yang mengembangkan bisnis), akan menjadi kurang efektif apabila Trainer mengajarkan kepada semua anggota tim hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan menangani klien atau cara-cara tele marketing, seperti bagaimana menelepon setiap pelanggan atau menangani pelanggan yang tidak ramah. Batasi dan pisahkan training untuk para prospek bisnis dan sediakan training dengan keterampilan yang dibutuhkan, seperti management customer kepada para farmers.

3. Bantu dan Perkuat Skill Karyawan
Setelah memberikan sebuah training kepada setiap karyawan, perkuat hal itu dengan memastikan apakah mereka menerimanya dengan baik dan bisa menggunakan keterampilan itu dalam kesempatan kerja mereka. Luangkan waktu untuk melakukan coaching yang dibutuhkan karyawan.
Mempelajari sebuah keterampilan baru memang membutuhkan waktu untuk membuatnya menjadi sebuah kebiasaan. Sayangnya, kebiasaan yang lama akan kembali muncul bila tidak sering digunakan dan dipraktekkan, untuk itu coaching dapat membantu karyawan menemukan potensinya dan memperkuat keterampilan yang dibutuhkan mereka.

4. Ukur Keberhasilan dengan Metrik Berbasis Skill
Pebisnis kadang menggaungkan kata-kata ini “whats gets measured gets done,” jika Anda ingin karyawan dapat mengintegrasikan skill mereka ke setiap kinerja mereka, Anda harus dapat megukur hasil dari setiap training yang dilakukan. Misalnya, jika Anda memberikan pelatihan pada beberapa karyawan di bagian penjualan, Anda seharusnya mengukur tingkat konversi pada bagian penjualan, seperti total pendapatan, peningkatan revenue setiap bulan hingga akhir tahun.

5. Ukur Peningkatan Secara Konsisten
Jika Anda telah melakukan poin-poin di atas, Anda bisa memantau setiap peningkatan dari training tersebut. Jika Anda tidak mendapatkan perbaikan yang diharapkan, berarti ada sesuatu yang salah di training-training Anda selama ini, entah pembinaan keterampilan yang salah atau perusahaan tidak memberikan support yang cukup atau coaching yang diperlukan karyawan.

Sementara itu, menurut karyawan sebuah bank di Jakarta training untuk karyawan sangat diperlukan mengingat mater-materi itu akan menjadi bekal mereka untuk bekerja. “Sangat bermanfaat, selain kita mendapat pengalaman dan pengetahuan, kita juga mendapat sertifikat resmi,” ujar Astrid.
Walaupun tidak semua materi bisa diterapkan, tapi hal itu akan memudahkan karyawan sebelum mereka terjun ke lapangan langsung. Hal ini dibenarkan Diska, seorang trainer di perusahaan periklanan. “Materi yang kami sampaikan memang sudah dipersiapkan sebelumnya tapi tidak keluar dari konteks pekerjaan mereka,” ujar Diska.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar