Rabu, 23 Juli 2014

Strategi Rekrutmen Secara Tepat



#Part 1
by : Mochamad Zainuddin
Praktisi SDM


Beberapa bulan terakhir ini tim kami disibukkan oleh aktifitas rekrutment yang cukup melelahkan. Kenapa melelahkan?. Karena untuk mendapatkan calon kandidat karyawan yang sesuai dengan requirement (persyaratan) jabatan belum dapat juga. Sebut saja calon Engineer Manager, atau Marketing Manager. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan, namun hasilnya belum dapat juga. Mulai dari posting iklan di media masa (Koran) atau media online berbayar multinasional yang khusus menjaring kandidat pun sudah dilakukan. Namun, tetap saja belum mendapatkan kandidat yang sesuai. Ada saja faktor penyebabnya, mulai dari persoalan jumlah kandidat yang melamar sedikit. Hal ini mungkin dialami oleh perusahaan yang belum memiliki brand secara multinasional, ataupun bisa dialami juga oleh perusahaan yang sedang berkembang.

Ada juga persolan, pelamar yang sekedar melamar tanpa membaca secara detail requrirement yang dipersyaratkan di iklan yang telah ditayangkan. Dari sini saja, jadi pertanyaan besar bagi kita pengelola SDM, apakah memang sangat sedikit jumlah karyawan yang memiliki potensi di Indonesia? Faktanya banyak juga ditemui orang yang pandai dan memiliki kompetensi yang mumpuni. Dan mereka ternyata telah banyak terserap di perusahaan perusahaan multinasional, BUMN, PMA dan perushaaan besar lainnya. Namun bagi perusahaan yang sedang tumbuh atau bahkan sedang merintis usaha, mencari kandidat dengan kompetensi yang mumpuni akan sangat kesulitan. Akhirnya tuntutan yang harus dilakukan untuk mengembangkan perusahaannya adalah mau tidak mau, suka tidak suka adalah dengan cara melakukan hijacking kepada tenaga professional yang ada di perusahaan besar. Tentunya dengan berani memberikan kompensasi dan fasilitas lebih kepada mereka. Sehingga kecepatan lajut pertumbuhan perusahaan bisa semakin maju. Atau cara yang relatif cukup ampuh namun lama, adalah dengan melakukan kaderisasi karyawan. Hal ini lazim dilakukan dengan cara mencari kandidat fresh graduate atau mereka yang telah berpengalaman maksimal 2 tahun untuk direkrut menjadi kader leader di perusahaan. Biasa disebut dengan program Management Trainee. Parahnya, program tersebut juga dilakukan pula oleh perusahaan perusahaan besar dan memiliki kelas. Tentu saja, secara kompensasi akan lebih menjajikan dibanding dengan perusahaan yang sedang berkembang. Sec ara logika pasar, tentu perusahaan yang sedang berkembang akan mengalami kesulitan dan kalah telak oleh perusahaan perusahaan besar. Ibarat pepatah : Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin semakin miskin. Rupanya pepatah tersebut layak disandingkan secara kontekstual dalam program perang recruitment oleh perusahaan. Lazimnya dunia bisnis dan kapitalisme, siapa yang memiliki modal besar akan semakin besar peluangnya dan tentunya semakin mudah untuk mencari tenaga muda professional dalam mengembangkan ekspansi bisnisnya.

Lantas apa yang harus dilakukan oleh perusahaan kecil atau sedang berkembang agar mendapatkan kandidat yang bagus dan potensial untuk mengembangkan bisnis perusahaanya?. Hal ini menjadi PR yang harus dikerjakan oleh Departemen HRD untuk memecahkan problem tersebut.
Kembali ke persoalan rekrutment yang belum mendapatkan kandidat sesuai harapan. Biasanya HRD telah melakukan analisa rekrutment mulai proses pemasangan media iklan lowongan, sampai pada tahap interview akhir. Mari kita simak satu persatu analisanya. Tahap awal biasanya HRD telah memiliki job requirement yang dibutuhkan untuk semua level jabatan. Dan selanjutnya memasang iklan di berbagai media yang ada. Lazimnya dilakukan di media online berbayar (seperti Jobstreet, Jobsdb, Karir.com dll), atau juga dilakukan di media cetak. Bagi Perusahaan yang memiliki dana lebih bahkan bisa menyampaikan informasi lowongan keberbagai media yang. Namun, tentu bagi perusahaan yang berkembang atau bahkan kecil, efektifitas penggunaan media perlu dicermati. Misalnya untuk jabatan sopir, postingan iklanya akan berbeda dengan jabatan staf PPIC atau Manager Tehnik. Untuk mencari kandidat Sopir secara efektifitas akan kurang efektif dan efisien manakala iklan lowongan tersebut disampaikan ke media online berbayar. Karena sebaran populitas mayoritas sopir di Indonesia masih belum melek media online. Berbeda apabila sopir yang dicari dengan kualifikasi pendidikan yang sarjana, atau bahkan sopir yang membutuhkan membutuhkan keahlian khusus karena kendaraan yang akan dikemudikan menggunakan tekhnologi yang super canggih. Untuk itu, sopir akan jauh lebih efektif melakukan pemostingan iklan di media cetak atau di komunitas komunitas pengemudi diwilayah yang mendekati perusahaan. Probabilata yang melamar dan memenuhi kualifikasi akan semakin besar.

Sedangkan untuk jabatan, Manager tentu cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan media cetak atau media online berbayar. Faktor kemampuan telusur dan penggunaan media online sudah menjadi prasyarat mutlak bagi para kandidat untuk melamar pada posisi jabatan yang semakin tinggi tanggung jawabnya. Parahnya, staf recruitment HRD seringkali tidak familiar dengan teknologi. Dan cenderung menyederhanakan proses seleksi melalui media tersebut. Kenapa saya bilang begitu, karena sering terjadi subyektifitas dalam menseleksi kandidat juga cukup tinggi. Contohnya kecenderungan satu alamamater universitas, kecenderungan satu daerah, kecenderungan melihat fisikly. Dan masih banyak lagi. Oleh karenanya, atasan harus benar – benar memonitoring perkembangan recruitment dengan cukup mendetail. Harus dilakukan analisa yang mendalam mengenai kenapa calon yang disampaikan cenderung memiliki pola yang sama. Sudah tidak saatnya faktor subyektifitas terutama fisik menjadi tolah ukur utama dalam proses rekrutment. Memang tidak dapat dipungkiri ada adigium oleh rekan kerja “ Ayu elek podo bayarane, yo meleh sing ayu ae.” (Cantik tidak cantik sama saja bayaranya, maka lebih baik memilih yang cantik).  Sebuah fenomena subyektifitas yang tidak bisa dipungkiri terjadi marak dalam praktek terutama oleh para calon atasan / pimpinan departemen terkait.

Jika kondisi diatas terjadi, lantas apa yang harus dilakukan oleh HRD. Jangan menyerah! Anda bisa melakukan sebuah pembelajaran menarik dengan cara, memberikan dua kandidat yang kecenderungan memiliki potensi yang lebih kepada user. Dari situ, berikan sebuah rekomendasi tertulis atas kelemahan dan kelebih kandidat dan berikan catatan khusus atas rekomendasi tersebut. Sehingga ketika suatu saat ketika ada problem terhadap pilihan kandidat tersebut anda tidak dipersalahkan. Cara yang lain, adalah bisa memesukkan 2 kandidat dengan cara HRD menitipkan, ibarat pembuktian kepada user bahwa pilihanya kurang tepat. Resikonya tentu cost MPP akan berlebih, atau paling tidak jika kebetulan ada departemen lain yang membutuhkan dan kualifikasinya mencukupi, maka bisa dititipkan di departemen lain. Nah, saat melakukan evaluasi percobaan lakukan secara bersama dengan kandidat pertama tadi. Akan terasa bedanya. Cara ini bisa dilakukan, jika HRD bekal dan kepercayaan diri yang kuat akan ketepatan prediksi calon karyawan, jika tidak maka akan jadi boomerang pada departemen anda sendiri.!
Jadi analisa analisa ketepatan strategi pada tiap tahapan rekrutment harus dilakukan, untuk memenuhi kebutuhan SDM secara efektif. Jika tidak maka bisa dipastikan, proses rekrutment yang dilakukan sekedar keberuntungan belaka. Yang saya maksud keberuntungan adalah, jika ada yang melamar dan kandidatnya kebetulan baik, syukur Alhamdulillah. Hal ini seringkali menjadi sindiran bagi owner atau Dirut terhadap kinerja rekrutmen HRD. Apa benar mendapatkan karyawan melalui usaha yang tepat sasaran atau memang kebetulan belaka?. HRD haruslah instropeksi diri.

Tahap selanjutnya ketika strategi pengiklanan telah dilakukan secara tepat, maka untuk menseleksi kandidat berdasarkan curriculum vitae-nya harus dilakukan secara cermat. Sebelum membahas ketahap seleksi kandidat, perlu saya tambahkan untuk strategi rekrutment. Lazim dibedakan menjadi 2 kategori, yakni kategori calon karyawan fresh graduate dan kategori experience. Keduanya dalam hal strategi pengiklanan akan beda titik tembaknya. Ibarat sebuah perang, HRD jangan sampai salah sasaran. Untuk kandidat karyawan fresh graduate pengiklanan biasa dilakukan di kampus dengan metode kampus hearing atau bisa dilakukan dengan mengikuti job fair di kampus-kampus. Biayanya tentu tidak sedikit, dan saingan perusahaan anda juga tidak sedikit. Banyak perusahaan perusahaan besar juga melakukannya. Lantas bagaimana strategi jitunya. Sedikit modifikasi dalam proses rekrutment yang dilakukan akan memberikan peluang besar untuk memenuhi kebutuhan rekrutment di perusahaan saudara. Misalnya anda bisa melakukan on the job training atau penerimaan program pemagangan di perusahaan anda, karena biasanya di perusahaan perusahaan besar program magang kerja jarang diberikan tempat, walau tentu tetap ada program magang. Kerjasama yang apik harus dilakukan oleh perusahaan dengan pihak kampus terutama para dosenya untuk mensupport program rekrutment di perusahaan anda. Jika justru dengan kedekatan personal yang baik, anda akan dimudahkan untuk supply calon tenaga yang baik. Karena tanpa kedekatan tersebut, akan kecil peluang yang anda dapatkan untuk mendapatkan kandidat. Saya sering mengibaratkan dalam tahap ini, Departemen HRD harus memiliki strategi dan berperangai seperti layaknya departemen Marketing. Tentu, dengan produk yang berbeda. Yakni Sumber Daya Manusia sebagai subyeknya.
Kenapa saya bilang sebagai Seperti Departemen Marketing, karena dalam strategi marketing kedekatan personal akan memberikan kontribusi loyalitas pelanggan. Dan pelanggan loyalitas dalam konteks ke HRD an terutama pada proses rekrutment adalah menjalin kedekatan personal oleh pelanggan anda, yakni pada stake holder di perguruan tinggi, sekolah-sekolah dan institusi pendidikan penyuplai tenaga kerja. Banyak faktor kegagalan dialami oleh HRD, dikarenakan personel HRD kurang mampu dalam melakukan pendekatan secara personal kepada stake holder. Maka menjadi syarat mutlak kompetensi seorang rekrutment adalah memiliki kepribadian yang humanis dan komunikatif. Tanpa itu, keberhasilan departemen HRD dalam bidang Rekrutment akan menjadi pepesan kosong, alias mlempem. Dan KPInya akan minim terpenuhinya. 

bersambung......Part# 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar