L#35: Apa Kabar Anak Buah Anda?
Hore!
Hari
Baru, Teman-teman.
Apa kabar anak buah Anda?
Lho. Nggak sopan. Yang ditanya
kok anak buah Anda. Mesinya kan saya bertanya tentang kabar diri Anda sendiri.
Itu kan tata krama yang semestinya kita jaga. Mohon maaf nih. Saya bukan tidak
tahu tata krama. Saya hanya bermaksud untuk bertanya langsung kepada sumber
utamanya. Mengapa demikian? Karena saya yakin, kondisi Anda akan baik-baik
saja, jika keadaan anak buah Anda juga baik-baik saja. Maksud saya, Anda tidak mungkin
merasa bahagia menduduki jabatan tinggi itu; jika Anda merasa anak buah Anda
tidak bekerja sesuai dengan harapan Anda. Jika anak buah Anda kurang giat
bekerja, bagaimana mungkin Anda bisa merasa berhasil memimpin mereka, bukan?
Makanya, untuk memastikan Anda bahagia dengan kedudukan sebagai seorang
pemimpin itu, saya cukup bertanya; apa kabar anak buah Anda?
Rata-rata atasan, merasa anak
buahnya baik-baik saja. Padahal, frase ‘baik-baik’ saja bisa bermakna banyak.
Salah satunya tentu berarti segala sesuatunya berjalan dengan baik. Tidak ada
masalah besar yang mengganggu. Frase ‘baik-baik saja’ itu juga bisa berarti ‘Yaaah….
Begitulah’. Anda bisa merasakan kehambaran kan? Gimana ya. Dibilang bermasalah
ya enggak. Tapi, dibilang oke banget juga nggak. Baik-baik saja deh, pokoknya.
Dan kalau kita renungkan lebih dalam, kita sebenarnya lebih sering merasakan
‘kehambaran’ ketika berkata ‘baik-baik saja’ itu. Setidaknya itulah yang saya
amati terjadi pada kebanyakan orang. Sedih juga sih. Karena ternyata, banyak
atasan yang tidak terlampau peduli soal itu. Prinsip kerjanya dalam memimpin
tidak lebih dari sekedar;”Yang penting kerjaan kelar. Habis perkara.”
Padahal, tugas seorang pemimpin
itu tidak hanya semata-mata memastikan pekerjaan anak buahnya selesai semua.
Percaya deh, mungkin tidak perlu manager yang dibayar mahal jika tugas atasan
hanya memastikan semua pekerjaan selesai. Terapkan saja system komputer dengan
variable-variable tertentu. Jika ada satu atau lebih variable yang tidak
dipenuhi, maka system akan memunculkan bendera merah, rapor merah, atau alarm
tanda pekerjaan tidak selesai. Dijamin deh, semua orang akan berusaha keras
menyelesaikan pekerjaaannya sesuai dengan ‘tuntutan’ system itu.
Tugas atasan lebih dari
penyelesaian tugas-tugas mekanistik itu. Karena seorang atasan bertugas untuk
mengoptimalkan daya diri orang-orang yang dipimpinnya. Anda, belum menjadi
atasan yang handal jika belum bisa mendorong anak buah Anda untuk memaksimalkan
kapasitas dirinya. Dan karena setiap orang mempunyai potensi diri dan kemampuan
yang berbeda-beda, maka kunci terpenting yang perlu dimiliki oleh setiap atasan
adalah memahami pontensi, kekurangan, dan kelebihan masing-masing anak buahnya.
Artinya, jika Anda punya 10 orang anak buah, maka Anda mempunyai 10 pribadi
yang berbeda. Dan boleh jadi, semuanya membutuhkan pendekatan dan cara
pengembangan yang berbeda. Different folks, different strokes.
Demikian istilahnya yang berlaku dalam kepemimpinan. Kita, tidak mungkin bisa
mengoptimalkan potensi diri semua anak buah kita jika cara kita mengelola
mereka menggunakan pendekatan ‘sapu jagat’. Satu cara, untuk semuanya. Apalagi
jika prinsip memimpin kita ‘yang penting kerjaan kelar’ saja.
Fungsi itu lho, yang menyebabkan
peran seorang atasan menjadi sangat strategis. Fungsi untuk mengembangkan anak
buahnya. Bukan sekedar memastikan pekerjaan diselesaikan sebagai mana mestinya.
Karena ketika seorang pemimpin sanggup mengoptimalkan potensi setiap anak
buahnya, maka manfaat yang didapat oleh perusahaan dari keberadaan para anak
buah itu melampaui tuntutan job description yang dipegang oleh masing-masing
jabatan.
Dari uraian itu, saya yakin Anda
sudah bisa menjawab pertanyaan saya tadi; Apa kabar anak buah Anda? Jawabannya
adalah; mereka tidak baik-baik saja, jika sebagai atasannya Anda tidak
meluangkan waktu dan energy untuk mengembangkan mereka. Apakah ini klaim
sepihak saya saja? Tidak. Penelitian dalam skala besar menunjukkan bahwa salah
satu kerinduan para anak buah yang sering tidak bisa dipenuhi oleh atasannya
adalah; kesempatan untuk mengembangkan diri hingga ke puncak potensi diri
mereka. Ternyata, para anak buah merasa bahwa atasannya sering hanya menuntut
pekerjaan selesai saja. Sedangkan para atasan merasa bahwa selama gaji dan
bonus mereka dibayarkan sesuai dengan skema yang berlaku, maka segala
sesuatunya sudah impas.
Ternyata sahabatku, anak buah
kita itu membutuhkan lebih dari sekedar gaji dan bonus yang saat ini bisa
mereka dapat. Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang galau dengan masa
depannya. Sekarang, memang masih bisa dapat bonus. Sehingga kebutuhan hidupnya
bisa terpenuhi. Tapi apakah tahun depan keadaan bisa tetap baik sehingga dia
masih bisa dapat bonus? Tidak ada yang menjaminnya.
Jadi bagaimana dong caranya agar
kita bisa memastikan agar anak buah kita itu benar-benar ‘baik-baik saja’? Kita
mesti membantu mereka merencanakan masa depan karirnya dengan lebih baik lagi.
Pertumbuhan karir adalah satu-satunya cara untuk bisa membuka peluang perbaikan
dimasa depan. Tidak bisa tidak. Karena jika 10 tahun yang akan datang mereka
masih berada di posisi yang sama, maka hampir bisa dipastikan jika kehidupan mereka
10 tahun dari sekarang akan lebih berat dari keadaan mereka saat ini.
Tahu kenapa?
Karena kenaikan gaji normal yang
mereka dapatkan setiap tahun, tidak akan sanggup mengkompensasi kenaikan
kebutuhan hidup mereka. Berapa persen kenaikan gaji setahun di tempat Anda?
Anggap saja sepuluh persen. Lantas berapa persen kenaikan harga kebutuhan pokok
untuk memenuhi kehidupan sehari-hari kita? Kangkung yang tahun lalu seikat
seribu, sekarang sudah menjadi seribu dua ratus lima puluh. Gula pasir yang
tahun lalu delapan ribu sekilo, sekarang sudah menjadi sebelas ribu lima ratus.
Nggak bakal deh kenaikan gaji normal sanggup menutupi kenaikan kebutuhan hidup
itu.
Belum lagi jika anak buah kita
punya anak-anak yang masih sekolah. Hari ini, anak mereka masih TK. Tahun depan
masuk ke SD. Yang dari SD masuk SMP. Yang dari SMP masuk ke SMA. Belum lagi
yang sudah siap meneruskan ke Perguruan Tinggi. Mungkin itu baru terjadi 5 atau
10 tahun lagi. Jika saat ini mereka tidak kita bantu untuk terus mengembangkan
diri sehingga nilai pribadinya menjadi lebih tinggi; maka kita, tidak pernah
tahu akan menjadi sesulit apakah kehidupan masa depan mereka, bukan?
Itu lho fungsi penting seorang
atasan yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Tidak bisa diwakili oleh
komputer. Tidak dapat diantisipasi oleh system secanggih apapun. Mesti kita
sendiri yang melakukannya untuk anak buah kita.
“Halah, ngapain pusing-pusing
mikirin orang lain. Mikirin diri sendiri saja nggak bisa bebas dari masalah….”
Mungkin Anda berpikiran demikian.
Hmmh…
Kita ini atasan. Gaji.
Kedudukan. Dan fasilitas yang kita dapatkan dari perusahaan jauh lebih baik
daripada yang didapatkan oleh anak buah kita. Mari ingat kembali; dengan semua
kelebihan yang kita miliki itu pun, kita masih juga galau dengan kehidupan masa
depan kita sendiri. Apalah lagi anak buah kita kan?
Terus kita mesti gimana dong?
Sahabatku. Perhatikanlah
orang-orang yang mau dan mampu menolong orang lain untuk berkembang. Tanpa
mereka sadari. Mereka sendiri pun ikut berkembang seiring dengan perkembangan
orang lain yang dibantunya. Banyak bukti bahwa sebuah unit kerja yang dipimpin
oleh atasan yang tak kenal lelah dalam mengembangkan anak buahnya justru tumbuh
dan berkembang lebih cepat dari unit kerja lainnya. Faktanya, jika Anda punya
anak buah yang terididik baik, maka kinerja keseluruhan team Anda bisa lebih
baik.
Fakta lainnya adalah; jika dari
unit kerja yang Anda pimpin lebih banyak orang potensial yang dipromosi, maka
top management akan melihat Anda sebagai seorang pemimpin yang handal. Yaitu
pemimpin yang sanggup melahirkan pemimpin-pemimpin lainnya. Bukankah kepada
jenis pemimpin seperti itulah tugas dan tanggungjawab yang lebih besar bisa
diberikan?
Oleh karenanya sahabatku. Mari
kembangkan terus kemampuan dan kapasitas kepemimpinan yang kita miliki ini
dengan cara mengembangkan orang-orang yang kita pimpin. Dengan demikian, kita
bisa berkembang bersama-sama mereka. Karir mereka akan terus menanjak naik.
Demikian pula dengan karir kita sendiri. Pendapatan mereka akan terus bertambah
secara permanen. Demikian pula dengan pendapatan kita. Kehidupan masa depan
mereka akan semakin membaik. Demikian pula halnya dengan kehidupan masa depan
kita. Juga akan semakin membaik.
Sahabatku. Banyak atasan yang
terlampau sibuk memikirkan dirinya sendiri. Sampai lupa pada tugasnya untuk
menolong orang-orang yang dipimpinnya agar bisa punya masa depan yang lebih
baik. Memang, kerasnya kehidupan menuntut kita untuk berjibaku dalam persaingan
yang sengit. Sekalipun begitu, hendaknya kita selalu ingat bahwa sebagai
atasan; kita punya tugas mulia untuk terus menolong anak buah kita bertumbuh
kembang. Lantas menurut pendapat Anda, siapa yang akan menolong kita jika kita
bersedia menolong orang lain untuk terus berkembang?
Saya tidak akan memberikan
jawaban apapun atas pertanyaan itu. Cukuplah saya nukilkan firman Tuhan dalam
surah 29 (Al-Ankabuut) ayat 69 ini:” …. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar bersama
orang-orang yang berbuat baik.” Maka sahabatku, berbuat baiklah kepada
anak buah Anda, agar masa depan mereka menjadi lebih baik. Sedangkan untuk kita
sendiri, cukuplah Allah menemani di setiap langkah dan jalan yang kita tempuh.
Jika selama perjalanan ini, kita ditemani oleh Allah; apakah masih ada
kekhawatiran yang pantas terlintas dalam benak kita? Tidak ya. Semuanya tentu,
akan baik-baik saja. Jadi, apa kabar anak buah Anda? Insya Allah. Sekarang, Anda sudah tahu
jawabannya.
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 27 February
2013
Book Author, Trainer, and Professional
Public Speaker
Tidak termasuk baik, atasan yang hanya mementingkan
dirinya sendiri. Karena amanah yang diembannya sebagai pemimpin, mewajibkan
dirinya untuk menolong anak buahnya terus berkembang. Agar kehidupan mereka
dimasa depan, menjadi lebih baik daripada yang sekarang.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
DEKA - Dadang Kadarusman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar