Senin, 04 Maret 2013

Artike Seri Leadership !!

L#35: Apa Kabar Anak Buah Anda?
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Apa kabar anak buah Anda?
Lho. Nggak sopan. Yang ditanya kok anak buah Anda. Mesinya kan saya bertanya tentang kabar diri Anda sendiri. Itu kan tata krama yang semestinya kita jaga. Mohon maaf nih. Saya bukan tidak tahu tata krama. Saya hanya bermaksud untuk bertanya langsung kepada sumber utamanya. Mengapa demikian? Karena saya yakin, kondisi Anda akan baik-baik saja, jika keadaan anak buah Anda juga baik-baik saja. Maksud saya, Anda tidak mungkin merasa bahagia menduduki jabatan tinggi itu; jika Anda merasa anak buah Anda tidak bekerja sesuai dengan harapan Anda. Jika anak buah Anda kurang giat bekerja, bagaimana mungkin Anda bisa merasa berhasil memimpin mereka, bukan? Makanya, untuk memastikan Anda bahagia dengan kedudukan sebagai seorang pemimpin itu, saya cukup bertanya; apa kabar anak buah Anda?
Rata-rata atasan, merasa anak buahnya baik-baik saja. Padahal, frase ‘baik-baik’ saja bisa bermakna banyak. Salah satunya tentu berarti segala sesuatunya berjalan dengan baik. Tidak ada masalah besar yang mengganggu. Frase ‘baik-baik saja’ itu juga bisa berarti ‘Yaaah…. Begitulah’. Anda bisa merasakan kehambaran kan? Gimana ya. Dibilang bermasalah ya enggak. Tapi, dibilang oke banget juga nggak. Baik-baik saja deh, pokoknya. Dan kalau kita renungkan lebih dalam, kita sebenarnya lebih sering merasakan ‘kehambaran’ ketika berkata ‘baik-baik saja’ itu. Setidaknya itulah yang saya amati terjadi pada kebanyakan orang. Sedih juga sih. Karena ternyata, banyak atasan yang tidak terlampau peduli soal itu. Prinsip kerjanya dalam memimpin tidak lebih dari sekedar;”Yang penting kerjaan kelar. Habis perkara.”
Padahal, tugas seorang pemimpin itu tidak hanya semata-mata memastikan pekerjaan anak buahnya selesai semua. Percaya deh, mungkin tidak perlu manager yang dibayar mahal jika tugas atasan hanya memastikan semua pekerjaan selesai. Terapkan saja system komputer dengan variable-variable tertentu. Jika ada satu atau lebih variable yang tidak dipenuhi, maka system akan memunculkan bendera merah, rapor merah, atau alarm tanda pekerjaan tidak selesai. Dijamin deh, semua orang akan berusaha keras menyelesaikan pekerjaaannya sesuai dengan ‘tuntutan’ system itu.
Tugas atasan lebih dari penyelesaian tugas-tugas mekanistik itu. Karena seorang atasan bertugas untuk mengoptimalkan daya diri orang-orang yang dipimpinnya. Anda, belum menjadi atasan yang handal jika belum bisa mendorong anak buah Anda untuk memaksimalkan kapasitas dirinya. Dan karena setiap orang mempunyai potensi diri dan kemampuan yang berbeda-beda, maka kunci terpenting yang perlu dimiliki oleh setiap atasan adalah memahami pontensi, kekurangan, dan kelebihan masing-masing anak buahnya. Artinya, jika Anda punya 10 orang anak buah, maka Anda mempunyai 10 pribadi yang berbeda. Dan boleh jadi, semuanya membutuhkan pendekatan dan cara pengembangan yang berbeda. Different folks, different strokes. Demikian istilahnya yang berlaku dalam kepemimpinan. Kita, tidak mungkin bisa mengoptimalkan potensi diri semua anak buah kita jika cara kita mengelola mereka menggunakan pendekatan ‘sapu jagat’. Satu cara, untuk semuanya. Apalagi jika prinsip memimpin kita ‘yang penting kerjaan kelar’ saja.
Fungsi itu lho, yang menyebabkan peran seorang atasan menjadi sangat strategis. Fungsi untuk mengembangkan anak buahnya. Bukan sekedar memastikan pekerjaan diselesaikan sebagai mana mestinya. Karena ketika seorang pemimpin sanggup mengoptimalkan potensi setiap anak buahnya, maka manfaat yang didapat oleh perusahaan dari keberadaan para anak buah itu melampaui tuntutan job description yang dipegang oleh masing-masing jabatan.
Dari uraian itu, saya yakin Anda sudah bisa menjawab pertanyaan saya tadi; Apa kabar anak buah Anda? Jawabannya adalah; mereka tidak baik-baik saja, jika sebagai atasannya Anda tidak meluangkan waktu dan energy untuk mengembangkan mereka. Apakah ini klaim sepihak saya saja? Tidak. Penelitian dalam skala besar menunjukkan bahwa salah satu kerinduan para anak buah yang sering tidak bisa dipenuhi oleh atasannya adalah; kesempatan untuk mengembangkan diri hingga ke puncak potensi diri mereka. Ternyata, para anak buah merasa bahwa atasannya sering hanya menuntut pekerjaan selesai saja. Sedangkan para atasan merasa bahwa selama gaji dan bonus mereka dibayarkan sesuai dengan skema yang berlaku, maka segala sesuatunya sudah impas.
Ternyata sahabatku, anak buah kita itu membutuhkan lebih dari sekedar gaji dan bonus yang saat ini bisa mereka dapat. Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang galau dengan masa depannya. Sekarang, memang masih bisa dapat bonus. Sehingga kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi. Tapi apakah tahun depan keadaan bisa tetap baik sehingga dia masih bisa dapat bonus? Tidak ada yang menjaminnya.
Jadi bagaimana dong caranya agar kita bisa memastikan agar anak buah kita itu benar-benar ‘baik-baik saja’? Kita mesti membantu mereka merencanakan masa depan karirnya dengan lebih baik lagi. Pertumbuhan karir adalah satu-satunya cara untuk bisa membuka peluang perbaikan dimasa depan. Tidak bisa tidak. Karena jika 10 tahun yang akan datang mereka masih berada di posisi yang sama, maka hampir bisa dipastikan jika kehidupan mereka 10 tahun dari sekarang akan lebih berat dari keadaan mereka saat ini.
Tahu kenapa?
Karena kenaikan gaji normal yang mereka dapatkan setiap tahun, tidak akan sanggup mengkompensasi kenaikan kebutuhan hidup mereka. Berapa persen kenaikan gaji setahun di tempat Anda? Anggap saja sepuluh persen. Lantas berapa persen kenaikan harga kebutuhan pokok untuk memenuhi kehidupan sehari-hari kita? Kangkung yang tahun lalu seikat seribu, sekarang sudah menjadi seribu dua ratus lima puluh. Gula pasir yang tahun lalu delapan ribu sekilo, sekarang sudah menjadi sebelas ribu lima ratus. Nggak bakal deh kenaikan gaji normal sanggup menutupi kenaikan kebutuhan hidup itu.
Belum lagi jika anak buah kita punya anak-anak yang masih sekolah. Hari ini, anak mereka masih TK. Tahun depan masuk ke SD. Yang dari SD masuk SMP. Yang dari SMP masuk ke SMA. Belum lagi yang sudah siap meneruskan ke Perguruan Tinggi. Mungkin itu baru terjadi 5 atau 10 tahun lagi. Jika saat ini mereka tidak kita bantu untuk terus mengembangkan diri sehingga nilai pribadinya menjadi lebih tinggi; maka kita, tidak pernah tahu akan menjadi sesulit apakah kehidupan masa depan mereka, bukan?
Itu lho fungsi penting seorang atasan yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Tidak bisa diwakili oleh komputer. Tidak dapat diantisipasi oleh system secanggih apapun. Mesti kita sendiri yang melakukannya untuk anak buah kita.
“Halah, ngapain pusing-pusing mikirin orang lain. Mikirin diri sendiri saja nggak bisa bebas dari masalah….” Mungkin Anda berpikiran demikian.
Hmmh…
Kita ini atasan. Gaji. Kedudukan. Dan fasilitas yang kita dapatkan dari perusahaan jauh lebih baik daripada yang didapatkan oleh anak buah kita. Mari ingat kembali; dengan semua kelebihan yang kita miliki itu pun, kita masih juga galau dengan kehidupan masa depan kita sendiri. Apalah lagi anak buah kita kan?
Terus kita mesti gimana dong?
Sahabatku. Perhatikanlah orang-orang yang mau dan mampu menolong orang lain untuk berkembang. Tanpa mereka sadari. Mereka sendiri pun ikut berkembang seiring dengan perkembangan orang lain yang dibantunya. Banyak bukti bahwa sebuah unit kerja yang dipimpin oleh atasan yang tak kenal lelah dalam mengembangkan anak buahnya justru tumbuh dan berkembang lebih cepat dari unit kerja lainnya. Faktanya, jika Anda punya anak buah yang terididik baik, maka kinerja keseluruhan team Anda bisa lebih baik.
Fakta lainnya adalah; jika dari unit kerja yang Anda pimpin lebih banyak orang potensial yang dipromosi, maka top management akan melihat Anda sebagai seorang pemimpin yang handal. Yaitu pemimpin yang sanggup melahirkan pemimpin-pemimpin lainnya. Bukankah kepada jenis pemimpin seperti itulah tugas dan tanggungjawab yang lebih besar bisa diberikan?
Oleh karenanya sahabatku. Mari kembangkan terus kemampuan dan kapasitas kepemimpinan yang kita miliki ini dengan cara mengembangkan orang-orang yang kita pimpin. Dengan demikian, kita bisa berkembang bersama-sama mereka. Karir mereka akan terus menanjak naik. Demikian pula dengan karir kita sendiri. Pendapatan mereka akan terus bertambah secara permanen. Demikian pula dengan pendapatan kita. Kehidupan masa depan mereka akan semakin membaik. Demikian pula halnya dengan kehidupan masa depan kita. Juga akan semakin membaik.
Sahabatku. Banyak atasan yang terlampau sibuk memikirkan dirinya sendiri. Sampai lupa pada tugasnya untuk menolong orang-orang yang dipimpinnya agar bisa punya masa depan yang lebih baik. Memang, kerasnya kehidupan menuntut kita untuk berjibaku dalam persaingan yang sengit. Sekalipun begitu, hendaknya kita selalu ingat bahwa sebagai atasan; kita punya tugas mulia untuk terus menolong anak buah kita bertumbuh kembang. Lantas menurut pendapat Anda, siapa yang akan menolong kita jika kita bersedia menolong orang lain untuk terus berkembang?
Saya tidak akan memberikan jawaban apapun atas pertanyaan itu. Cukuplah saya nukilkan firman Tuhan dalam surah 29 (Al-Ankabuut) ayat 69 ini:” …. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik.” Maka sahabatku, berbuat baiklah kepada anak buah Anda, agar masa depan mereka menjadi lebih baik. Sedangkan untuk kita sendiri, cukuplah Allah menemani di setiap langkah dan jalan yang kita tempuh. Jika selama perjalanan ini, kita ditemani oleh Allah; apakah masih ada kekhawatiran yang pantas terlintas dalam benak kita? Tidak ya. Semuanya tentu, akan baik-baik saja. Jadi, apa kabar anak buah Anda?  Insya Allah. Sekarang, Anda sudah tahu jawabannya.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman 27 February 2013
Book Author, Trainer, and Professional Public Speaker
Tidak termasuk baik, atasan yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Karena amanah yang diembannya sebagai pemimpin, mewajibkan dirinya untuk menolong anak buahnya terus berkembang. Agar kehidupan mereka dimasa depan, menjadi lebih baik daripada yang sekarang.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar