P#53: Gigih
Memperjuangkan Karir
Hore!
Hari Baru, Teman-teman.
Indikasi jika karir kita berjalan
dengan baik adalah; ada perbaikan posisi alias jabatan kita. Sudah berubah
lebih baik dibandingkan dengan ketika kita memulai karir di perusahaan ini dua
tahun yang lalu. Jika sudah berkarir disini lebih dari 2 tahun. Namun posisi
kita masih disitu-situ saja, maka mungkin kita perlu bertanya kepada diri
sendiri; Apakah saya sudah cukup gigih dalam memperjuangkan karir ini? Iya
dong. Sebab jika posisi kita tidak berubah, maka mungkin; karir kita hanya
berjalan di tempat. Kelihatannya saja baik-baik saja. Kita seneng setiap hari
bekerja disana. Punya banyak teman yang menyenangkan. Tapi, kita tidak sadar
jika sebenarnya karir kita tidak ada perkembangan. Itu tandanya, kita mesti lebih
gigih berjuang.
Beberapa waktu yang lalu, saya
memfasilitasi training 2 hari untuk salah satu klien kami. Salah satu pokok
bahasannya hari itu adalah tentang pengembangan karir. Di saat kami sedang
istirahat, salah seorang peserta menghampiri saya dan bercerita jika dirinya
baru bekerja belum genap setahun di perusahaan itu. Sebelumnya, dia bekerja di
perusahaan yang juga besar. Di perusahaan lama, dia sudah mendapatkan ruangan
sendiri. Anda, tentu mafhum bahwa orang yang mendapatkan ruangan sendiri di
gedung perkantoran mahal tentulah bukan orang sembarangan. Atau, minimal fungsi
yang dimainkan orang itu sangat penting. Sehingga perusahaan, mau
menginvestasikan ruangan kerja khusus untuknya.
Teman saya ini mengomentari tentang
topik yang baru saja saya bawakan dalam sesi sebelum istirahat. “Selama dua
bulan setelah saya keluar, jabatan yang saya tinggalkan masih belum ada
penggantinya Pak…” kata beliau. Tentu saja. Tidak mudah bagi perusahaan untuk
mendapatkan pengganti talenta handal dalam posisi penting, bukan? Nggak gampang
dapat penggantinya. “Tapi beberapa waktu lalu, teman saya di kantor lama
menelepon,” begitu beliau melanjutkan. “Katanya. Sudah ada orang yang
menggantikan saya.”
Saya mendengarkan. Untuk mengetahui
cerita selanjutnya. Karena saya yakin bahwa pembicaraan itu belum sampai pada
hal paling menariknya. Dan saya benar. Begini teman baru saya ini meneruskan;”Bapak
tahu nggak,” katanya. “Siapa yang menggantikan saya?”
“Hmmh…, saya khawatir pertanyaan
itu terlalu sulit untuk bisa saya jawab…” begitu saya bilang. Lagi pula,
menjadi trainer tidak berarti harus tahu
semua jawaban atas setiap pertanyaan, kan?
“Ternyata yang menggantikan saya
adalah Office Boy di kantor kami Pak.” Lanjutnya. Nah, inilah bagian paling
menariknya. Top management berbulat hati untuk mempromosikan seorang office boy
menggantikan posisi penting yang ditinggalkan oleh seseorang.
“Jadi memang benar apa yang tadi
Bapak katakan itu…” lanjutnya.
“Baiklah,” saya bilang. “Berarti
dalam training ini saya tidak membualkan jargon dan omong kosong, kan?” Saya
memang paling takut jika menjadi trainer hanya untuk mengatakan sesuatu yang
tidak bernilai. “Namun barangkali Bapak bisa menceritakan tentang Office boy
itu. Hingga dia dinilai layak untuk menggantikan Bapak?” begitulah pertanyaan
saya selanjutnya.
Lalu sahabat saya ini menceritakan.
Bahwa dirinya sering sekali bekerja sampai malam. Dan di kantor, dia sering
hanya ditemani oleh office boy itu. Yang semestinya sih, pegawai kecil seperti
dirinya sudah sejak tadi pulang ke rumah. Bukankah kebanyakan karyawan lainnya
juga sudah pada pulang? Malahan tidak sedikit orang-orang yang sudah beruntung
mendapatkan pekerjaan dan posisi yang baik, tapi punya kebiasaan teng-go, kan?
Office boy ini, terus bertahan di kantor.
Banyak juga kok professional yang
tidak teng-go. Betul. Tapi apa yang dilakukannya setelah jam kantor itu?
Biasalah, menunggu sampai kemacetan mereda. Atau mengisi waktu luang dengan
membuka-buka internet. Atau, membunuh waktu dengan bermain game online. Atau,
nongkrong di warung kopi sambil ngerumpi. Setidaknya, begitulah pemandangan
yang sering kita temukan di kantor-kantor di Jakarta.
Sang office boy yang kita ceritakan
itu beda. Setelah jam kantor usai. Dia mengetuk pintu ruang kerja teman baru
saya ini. Lalu bertanya;”Pak, bolehkah saya bantu-bantu Bapak?”
Pada awalnya, pertanyaan itu
menghasilkan respon berupa pertanyaan juga. “Emangnya kamu bisa bantu apa?”
Wajar dong, jika teman saya bertanya demikian.
“Apa sajalah Pak,” jawabnya. “Yang
penting saya bisa belajar dari Bapak…..”
Maka jawaban itulah yang kemudian
membawa office boy itu kepada petualangan after office hour yang melampaui
jabatan dan kedudukannya sebagai pegawai kecil. Dia, memiliki mental dan
kegigihan yang besar untuk memperjuangkan karirnya. Teman saya bercerita bahwa
hampir selama setahun, proses itu berlangsung. Dan selama setahun itu, sang
office boy menunjukkan kemampuan belajar yang sangat tinggi sehingga setiap
hari, dia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Sekarang dia bisa diberi
tugas yang lumayan penting untuk diselesaikan.
Tak sekali pun orang itu bertanya;”Bayaran saya nambah
nggak dengan mengerjakan tugas-tugas tambahan ini?” Padahal, itu adalah
pertanyaan standar yang sering sekali diajukan oleh kaum professional yang
mendapatkan tugas tambahan.
Dia. Fokus saja terus kepada proses
belajarnya yang tanpa mengharapkan imbalan apapun. Dia sadar, jika jabatannya saat
ini terlampau rendah jika dibandingkan dengan mayoritas karyawan di perusahaan
besar ini. Bahkan sering dianggap remeh. Disepelekan. Atau dipandang sebelah
mata. Dan dia sadar. Bahwa perbaikan dalam karirnya hanya bisa dia sendiri yang
memperjuangkannya. Sungguh. Dalam posisinya yang tidak semua orang mau menerima
pekerjaan itu, dia telah benar-benar menjalankan perintah Tuhan yang
diabadikanNya dalam surah 13 (Ar-Ra’du) ayat 11; “Sesungguhnya Aku tidak akan
mengubah nasib suatu kaum, sebelum mereka sendiri mengubahnya…..”
Ayat itu jelas sekali menggambarkan
bahwa perbaikan nasib dalam karir kita itu, tidak bisa diserahkan kepada orang
lain. Tidak bisa dititipkan kepada top management. Tidak bisa digantungkan
dengan harapan agar para atasan memikirkannya untuk diri kita. Apalagi sekedar
mengadukannya melalui doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan. Kita sendirilah
yang mesti memperjuangkannya. Karena tidak ada orang yang paling berkepentingan
dengan pertumbuhan diri kita. Dengan perkembangan karir kita. Selain diri kita
sendiri.
Hari itu. Saya memang yang bertugas
menjadi trainer untuk para peserta di kelas training saya. Namun, pada hari
itu. Saya sungguh belajar banyak dari cerita tentang office boy yang gigih
memperjuangkan karirnya itu. Hingga dia dipilih top management untuk
menggantikan posisi kosong yang ditinggalkan oleh salah seorang talenta penting
di perusahaan. Nyata sekali jika sesungguhnya posisi kita saat ini bukanlah
faktor paling menentukan untuk posisi kita dimasa depan. Kegigihan kita saat
menjalani hari-hari kerja inilah yang sangat menentukannya. Karena apapun yang
kita lakukan sekarang, sangat menentukan masa depan kita. Dan apapun yang kita
perjuangkan untuk memperbaiki karir masa depan, menjadi bahan penilaian dari
Tuhan; Apakah kita layak mendapatkan pertolonganNya demi perbaikan nasib atau
tidak. Sebab Tuhan, suka sekali kepada orang yang gigih. Memperjuangkan
nasibnya. Lalu Dia. Mengirimkan pertolongan, untuk memudahkan jalannya.
Apakah Anda menginginkan perbaikan
karir dimasa depan? Tentu saja. Dan apakah Anda sudah gigih memperjuangkannya
saat ini? Jika belum. Mulailah sekarang. Jadilah orang yang gigih berjuang.
Bukan hanya bekerja sebatas untuk menyelesaikan tugas-tugas harian. Bukan pula
untuk sekedar memenuhi kewajiban. Juga, bukan bekerja untuk mengejar-ngejar
tambahan penghasilan. Mulailah bekerja seperti office boy itu. Yaitu, bekerja
untuk terus mengembangkan dan mengeksplorasi potensi dirinya. Karena ketika kita
bekerja dengan spirit seperti itu, maka kita tidak terlalu peduli lagi dengan
bayaran. Kita tidak terlalu mempermasalahkan lagi besar dan kecilnya imbalan.
Kita, fokus saja kepada aktualisasi kapasitas diri.
Tidak usah khawatir dengan imbalan
yang tidak bertambah karena kita bekerja extra sahabatku. Karena pekerjaan
ektra itu melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Hal itu pun sudah
menjadi imbalan tersendiri bukan? Tentu saja. Karena untuk setiap usaha yang
kita lakukan, selalu ada imbalannya. Bahkan dalam ayat yang sama pun, Tuhan
sudah mengisyaratkan bahwa untuk setiap manusia, ada malaikat-malaikat yang
selalu mengikutinya secara bergiliran, dimuka dan dibelakangnya. Mereka
menjaganya atas perintah Allah. Bukankah firman ini menegaskan kepada kita
bahwa pada saat kita sedang gigih berjuang demi perkembangan diri dan karir
kita, ada malaikat yang senantiasa menjaga kita. Dan menolong kita, agar bisa
sampai kepada apa yang kita cita-citakan? Maka mari sahabatku. Lebih gigih lagi dalam
berjuang. Dan biarlah Tuhan, yang memudahkan jalannya. Untuk kita. Insya Allah.
Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA – Dadang
Kadarusman – 26 February
2013
Book Author, Trainer, and Professional
Public Speaker
Catatan
Kaki:
Ada bedanya orang yang bekerja demi mengejar uang, dengan
seseorang yang bekerja untuk mengeksplorasi kapasitas dirinya. Jumlah uang itu dibatasi
oleh apa yang dikontribusikan. Sedangkan orang yang terus mengeksplorasi diri,
tidak pernah membatasi kontribusinya kepada perusahaan.
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
DEKA - Dadang Kadarusman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar